Senin, 21 November 2016

{REVIEW} Love In Edinburgh by Indah Hanaco

Gambar by Mariyam

Judul: Love In Edinburgh
Penulis: Indah Hanaco
Editor: Donna Widjajanto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 232 hlm
ISBN: 978-602-03-2534-7

Back Cover:
Katya adalah karyawati toko kue di Edinburgh yang aktif sebagai relawan di beberapa badan amal. Sementara Sebastian adalah pemilik perusahaan parfum yang sedang menyiapkan masa depan bersama kekasihnya.

Lewat sebuah reality show berjudul Underground Magnate, keduanya bertemu. Sejak awal, mereka punya banyak perbedaan. Katya, muslimah yang menemukan Tuhan justru saat berada jauh dari kota kelahirannya, Jakarta. Sebastian, pria Yahudi yang cenderung menjadi islamophobia usai ibunya menjadi salah satu korban runtuhnya gedung WTC. Namun, ada terlalu banyak hal tak terduga yang terjadi. Reaksi kimia di antara mereka terlalu kuat untuk diabaikan.

Ketika akhirnya Katya dan Sebastian punya kans untuk bersama, dosa masa lalu menghantui keduanya, menuntut penyelesaian. Bisakah cinta membuat mereka tetap bertahan?

********

Love In Edinburgh menceritakan tentang seluk beluk hidupnya Katya, yang terpaksa harus lari ke Edinburgh untuk menghindar dari masalahnya. Di Edinburgh Katya berubah drastis, yang awalnya manja, tak pernah susah, menjadi Katya yang sangat mandiri. Katya ke Edinburgh tanpa bekal apapun. Awalnya dia ingin ke London untuk meminta bantuan sepupunya, namun takdir berkata lain. Dia malah bertemu seorang wanita yang akhirnya menolongnya dan membawanya ke Edinburgh. Katya memulai hidup baru di Edinburgh, bekerja, menjadi relawan, dan bahkan harus tinggal di dalam flat yang sederhana, jauh berbeda dengan hidupnya di Jakarta yang serba kecukupan.

Katya juga menjadi orang yang selalu ingat Allah, padahal sebelumnya Katya sudah bertahun-tahun meninggalkan kewajibannya. Seperti pada sinopsisnya, berkat adanya reality show itu Katya bertemu dengan Sebastian. Dari awal pertemuan mereka ini, berujung dengan adanya banyak sekali kejutan yang dihadirkan oleh penulis. Salah satunya, Sebastian yang menjadi islamophobia karena tragedi runtuhnya gedung WTC. Masih banyak lagi kejutan yang dihadirkan menjelang ending cerita.

Hubungan Sebastian dengan kekasihnya Bridget pun tak kalah menyedot perhatian. Banyak sekali yang terjadi diantara mereka, yang membuat cerita ini semakin seru.

Memabaca novel ini membuat jantungku berpacu lebih cepat menantikan setiap kejutan yang akan hadir. Aku dibuat sebal berkali-kali, bahkan hampir saja aku taruh buku ini karena sangking sebelnya, padahal belum selesai baca. Tapi otakku segera bertindak, karena rasa penasaranku cukup tinggi, jadi aku terus melanjutkan membaca sampai ending. Bahkan aku enggan untuk berpaling dari buku ini. Setiap kejadian hampir semuanya membekas di otakku.

Ini pertama kalinya aku baca karyanya Indah Hanaco, dan membuatku ingin membaca karyanya yang lain. Novel ini mengandung pesan moral yang baik. Yang bisa aku tangkap dari novel ini adalah, jangan pernah menjauh dari Allah, apalagi sampai melupakan kewajiban sehari-hari, karena Allah yang akan selalu ada untuk hamba-Nya.

Kekurangan dari novel ini hanya ada beberapa typo, ini sangat wajar karena tak ada manusia yang sempurna. Typo yang ada tidak menganggu jalannya cerita, aku bahkan tak pernah menghiraukan typonya. Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yang mendukung jalannya cerita. Setiap judul bab memberikan makna tersendiri. Contohnya: "CUMA DIA YANG MAMPU MEMBALIKKAN HATI MANUSIA." Tentu tahu dari judul ini, siapa yang dimaksud?

Pokoknya novel ini memberikan pelajaran hidup yang sangat bagus, aku kasih 4,5 bintang dari 5 bintang untuk novel ini :) aku rekomendasikan novel ini yang ingin hatinya tersentuh dengan pengalaman Katya yang tak terduga.

Jumat, 18 November 2016

{REVIEW} Maps by Radin Azkia

(sumber: google)

Judul: Maps
Penulis: Radin Azkia
Penyunting: Fitria D.
Penerbit: Lovable
Cetak: cetakan ketiga, 2016
Halaman: 372 hlm; 13 x 19 cm
ISBN: 978-602-6922-32-8

Back Cover:
"Gue bukannya mau lo jadi perawan tua," ucap Gellar. perlahan senyumnya berubah menjadi senyum iba pada dirinya sendiri. "Gue juga sebenarnya nggak mau kesepian," lanjutnya. "Gue tau itu egois banget. Tapi, gue nggak punya siapa-siapa. Nanti, kalo lo pacaran sama orang, gue nggak bisa peluk-peluk lo lagi, dong? Gue nggak bisa tidur sama lo lagi. Gue nggak bisa ke rumah lo setiap hari. Gue nggak bisa godain lo lagi. Kalo gue main sama lo terus, nanti cowok lo marah. Terus, lo lebih milih cowok lo daripada gue. Terus, gue sendirian main PS di kamar. Nanti, gue bikin mie sendiri, bikin teh sendiri, bangun sendiri. Gue nggak mau Ta, gue nggak mau sendirian."
Gita terdiam, merasa seperti dirinya didorong dari jendela apartemen ke lantai dasar.
"Jangan marah lagi ya, Gitgit. Gue minta maaf."

**********

Seperti yang ada di back cover, Maps bercerita seputar persahabatan antara Gellar dengan Gita. Mereka sudah bersahabat dari kecil, mulai dari keluarga mereka masih utuh sampai akhirnya mereka harus hidup sendiri tanpa keluarga. Eits, tapi maksudnya mereka nggak kerja sendiri ya. Mereka masih dapat fasilitas dari orang tuanya, cuma mereka hidup di rumah sendiri. Eh tapi bukan mereka sih, lebih tepatnya Gellar yang hanya tinggal dengan pengurus rumah tangga. Kalau Gita masih tinggal sama mamanya cuma jarang sekali Gita bertatap muka dengan mamanya.

Gita dan Gellar sering sekali tidur bareng dalam satu kamar dan satu ranjang, tapi mereka nggak ngapa-ngapain cuma tidur biasa. Mereka bergantian menginap di rumah masing-masing. Di mana ada Gellar pasti ada Gita, sebelum sebuah konflik datang. Masa lalu Gellar muncul kembali, yang membuat Gellar fokus mengejar masa lalu dan sedikit mengabaikan Gita. Padahal aslinya mereka berdua itu saling suka, tapi sama-sama masih belum mau mengakuinya.

***

Ini novel wattpad ketiga yang aku baca sekaligus yang aku dapat dari Kuis. Maps ini mampu membuatku merasakan perasaan yang campur aduk. Antara bingung, greget, sampai baper. Bingung pas di bagian awal, bagaimana sih alurnya. Karena di awal mungkin aku yang kurang konek bacanya, padahal pas sudah masuk pertengahan aku sudah bisa menikmati alurnya. Greget dengan sikap Gellar dan Gita yang masih kekanak-kanakan. Baper karena novel ini berhasil membuatku terus mengingat endingnya.

Sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang orang ketiga. Alurnya maju-mundur, tapi di situlah yang membuat sebuah novel ini sangat menarik. Jujur saja, aku malah ingin terus menikmati perjalanan hidupnya Gita dan Gellar. Padahal novel ini termasuk novel tebal, tapi aku masih merasa kurang. Banyak tokoh-tokoh yang muncul di sekitar kehidupan mereka. Cerita ini juga berfokus pada cerita anak SMA, jadi novel ini menggunakan bahasa gaul untuk percakapannya.

Untuk kekurangannya hanya terletak pada beberapa typo yang aku temukan. Tapi itu sama sekali tidak mengganggu jalannya cerita, malah semakin membuatku enggan menaruh novel ini sebelum ending. Pas mau ending juga dibikin greget abis. Pokoknya novel ini bikin aku susah lupain ceritanya, setelah novel With Julian yang kemarin aku baca.

Aku kasih 4 bintang untuk novel ini. Dan aku rekomendasikan novel ini untuk dibaca anak SMA yang gaul :D

Selasa, 15 November 2016

{REVIEW} With Julian by WULANFADI

sumber: google


Judul: With Julian
Penulis: Wulan Fadi
Penyunting: Letitia Widjaja
Penerbit: Loveable
Cetakan: cetakan kedua, 2016
Tebal: 364 hlm; 10,5 x 19 cm
ISBN: 978-602-6922-37-3

blurb:
Kuperlihatkan padamu cerita tentang mereka;
Mereka yang kehilangan.
Mereka yang mencintai diam-diam.
Mereka yang sadar cintanya tidak berbalas.
Mereka yang mengkhianati dan dikhianati.
Mereka yang belajar untuk memaafkan dan dimaafkan.
Mereka yang berada di satu lingkaran, terus berputar, tanpa tahu kapan berhenti.
Kuperlihatkan padamu, sebuah cerita di bulan Juli.


"Mereka yang belajar untuk memaafkan dan dimaafkan."

Gambaran sedikit dari novel ini, kisahnya tentang Julian yang memiliki 2 sahabat perempuan, Sashi dan Tatya. Mereka bersahabat dari kecil, bahkan bertetangga. Namun, tiba-tiba Sashi harus pindah dari Jakarta ke Palembang. Itulah awal dari perpecahan persahabatan mereka. Julian mulai insomnia lagi, mereka saling berjauhan, bahkan tanpa adanya komunikasi selama bertahun-tahun.

Hingga akhirnya waktu SMA kelas XII, Sashi pindah lagi ke Jakarta dan kebetulan satu sekolah, bahkan satu kelas dengan Julian. Pertemuan pertama setelah beberapa tahun itu masih terasa canggung. Dari situ lah bergulir berbagai macam konflik.

"Lebih mudah memaafkan. Daripada melupakan." (hlm. 227)

Ini novel wattpad kedua yang aku dapat dari kuis. Baru datang di rumahku 5 hari lalu, dan langsung aku baca. Padahal masih ada banyak novel lain yang menanti untuk dibaca. Baca blurbnya awalnya aku bingung, seperti apa cerita ini. Tapi, setelah baca novelnya, yang ada di blurb terjawab semua. Siapa saja yang kehilangan, mencintai diam-diam, dll.

Novel ini membuatku enggan untuk menaruhnya sebelum selesai aku baca, alurnya mengalir seperti air. Penulis dapat membuat pembaca merangkai kepingan-kepingan puzzle hampir di setiap babnya. Novel ini menggunakan 3 sudut pandang, awalnya sudut pandang orang ketiga. Tapi saat kepingan puzzle berubah menjadi sudut pandang Julian, lalu balik lagi sudut pandang orang ketiga. Dan terakhir saat epilog, sudut pandangnya Sashi. Walaupun begitu, aku tetap menikmati membaca novel ini. Sama sekali nggak bingung dengan perubahan sudut pandang, karena dengan adanya perubahan sudut pandang aku jadi tahu kapan masa lalu dan kapan cerita berlanjut.

Selain itu, novel ini bukan hanya menceritakan Julian, Sashi dan Tatya, banyak sekali tokoh-tokoh di dalamnya yang mendukung cerita ini. Konfliknya pun membuatku menerka-nerka sebenarnya ini akan berakhir seperti apa? Karena satu konflik selesai, langsung datang konflik berikutnya yang saling berhubungan. Itu lah kepingan puzzle yang sengaja penulis sisipkan.

Aku dibuat gemas berkali-kali, karena semua tebakanku selalu salah. Sungguh ini novel sama sekali tak tertebak. Dan yang pasti novel ini bukan hanya seputar masalah persahabatan, namun ada juga masalah keluarga, percintaan dan pengorbanan.

Bagi kalian yang ingin membaca novel wattpad, aku rekomendasikan novel ini untuk dibaca. Aku kasih 5 bintang untuk novel ini yang berhasil menipuku :D

Selasa, 08 November 2016

{REVIEW} Runaway KABUR by: Meg Cabot


by: Mariyam

Judul: Runaway KABUR
Penulis: Meg Cabot
Alih bahasa: Tanti Susilawati
Terbit: Jakarta, Mei 2012
Tebal: 328 hlm; 20 cm
ISBN: 978-979-22-8445-4

Blurb:

Di mana kau akan bersembunyi, kalau orang-orang tahu siapa dirimu?

   Em Watts kaget ketika Nikki Howard bilang dia menginginkan tubuhnya kembali; tubuh supermodel yang bukan lagi miliknya, tapi milik Em.
      Sementara itu, selain menginginkan Nikki untuk menguak rahasia keji ayahanya, Brandon Stark juga menginginkan Em.
      Dan Chrispoter juga berniat memanfaatkan Em untuk menyakiti Brandon... karena telah merebut Em dari sisinya, dan untuk menghancurkan Stark Enterprise.
     Em sudah lelah. Lelah dimanfaatkan. Lelah dibohongi. Lelah diperintah siapa yang boleh dan tidak boleh dia cintai. Lelah pada kebohongan yang harus dia jalani.
     Tapi ketika menemukan kebenaran tentang rahasia Nikki, Em tahu hanya ada satu orang yang bisa diandalkan.
   Apakah Christoper bisa mengesampingkan perasannya dan membantu Em mengungkapkan kejahatan Robert Stark pada dunia? Tapi memangnya adil melibatkan Christoper? Karena kalau cowok itu bersedia membantu, Stark Enterprises akan berusaha membuat mereka tewas, dan kali ini, untuk selamanya.
      Mungkin lebih baik Em terus lari saja...


______________

   Em mengalami kecelakaan yang membuatnya hampir terbunuh. Namun, nyawanya dapat diselamatkan dengan cara pencangkokan otak. Akhirnya Em menjalani operasi itu, otaknya dipindahkan ke dalam tubuhnya Nikki Howard yang telah mati, Setelah operasi itu, Nikki dan Em dapat hidup dalam tubuh yang berbeda.
    Em yang telah berubah menjadi Nikki, seorang supermodel, harus menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupannya dulu. Begitu pun dengan kehidupan Nikki yang berada dalam tubuh Em.
    Nikki yang asli terpaksa harus bersembunyi dari kejaran Robert Stark, agar nyawanya tetap selamat. Nikki menyimpan rahasia dari Robert Stark, itulah sebabnya Nikki dibunuh, yang ternyata masih bisa hidup. Untuk mengungkapkan rahasia Robert Stark, akhirnya Nikki, Em, Christoper bekerjasama.

   Membaca novel ini bikin aku ngerasa bingung awalnya, karena di awal belum sepenuhnya tahu inti ceritanya. Sangat disayangkan karena aku nggak baca 2 novel sebelumnya jadi aku sama sekali nggak tahu awal mulanya cerita ini. Yang jelas novel ini ide ceritanya menarik, hahaha. Jelas aja kan novel terjemahan.
     Konflik yang disajikan sangat kompleks, mulai dari konflik keluarga, percintaan bahkan karir. jdi baca novel ini serasa di aduk-aduk. Tokohnya dalam novel ini sangat banyak, tapi penulis menyajikannya dengan porsi yang pas. Jadi membacanya mengalir begitu saja.
    Hanya ada satu kekurangan dalam novel ini, gaya bahasa terjemahannya yang sedikit kurang nyaman buatku. Tapi bukan masalah yang besar, karena membaca novel ini akan sangat membuatmu penasaran dan belum mau melepasnya sebelum ending.

    Aku kasih 3,5 bintang untuk novel ini. Dan aku rekomendasikan novel ini untuk yang sudah cukup umur.

Minggu, 06 November 2016

Tugas Pustakawan (Menurut yang Aku Pelajari Selama Kuliah 2 Semester ini) #1

Halo,,,
Sekarang waktunya sedikit sharing tentang tugas pustakawan. Tugas pustakawan bukan hanya sekesar menjaga perpustakaan lho, lebih daripada itu. Bahkan bisa dibilang tugasnya sangat kompleks, apalagi adanya perkembangan teknologi menuntut seorang pustakawan untuk bisa mengikuti perkembangannya. Oke langsung saja ya, kalau kebanyakan ngoceh nggak selesai-selesai :D

berikut adalah beberapa tugas pustakawan menurut apa yang sudah aku pelajari selama kuliah jurusan ilmu perpustakaan semester 2 :

1. Melakukan Pengadaan Bahan Pustaka
    Istilah bahan pustaka digunakan untuk menyebut koleksi yang ada di perpustakaan, misalnya buku. Sebelum buku dapat berjajar di rak perpustakaan, ada prosesnya lho. Di sini terdapat pustakawan yang memang bertugas untuk meng-handel setiap buku yang akan dikoleksi. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan dana yang ada untuk membeli buku yang diperlukan. Nggak bisa asal beli buku, tetapi pustakawan juga harus tahu apa saja kebutuhan pemakainya agar dapat memanfaatkan dana yang ada.
    Setelah pembelian buku juga nggak langsung diletakkan di rak begitu saja, tetapi masih ada prosesnya. Seorang pustakawan bagian ini akan membuat klasifikasi (pengelompokkan) berdasarkan buku yang telah dibeli. Disini intinya seorang pustakawan akan mencatat judul buku, pengarang, dll untuk membuat katalog dan juga untuk membuat klasifikasinya.
      Ingat kan setiap buku ang dipinjam di perpustakaan pasti ada kodenya, itu bukan sembarang kode. Pustakawan lah yang bertugas mengelompokkannya sesuai dengan klasifikasi yang telah ada. Misalnnya 330.94 = ekonomi Eropa, di mana 330 adalah kode untuk ekonomi dan 94 untuk Eropa.



Apalagi ya tugas pustakawan? Untuk kali ini aku ingin membuat kalian penasaran dulu. Besok akan aku lanjut untuk tugas pustakawan berikutnya, See You :)

PEMENANG KUIS PUSTAKAWAN

selamat pagi,,

hari ini pengumuman pemenang yang akan mendapatkan pulsa Rp. 10.000,- dariku.
ada 6 peserta yang mengikuti kuis sharing tentang pustakawan. sebenarnya dari jawaban ke 6 peserta itu masing-masing jawabannya ada yang benar, tetapi masih kurang mencakup tugas pustakawan yang sesungguhnya. setelah ini aku akan sedikit sharing tentang tugas pustakawan, terus pantengin blogku ya. sekarang waktunya mengumumkan pemenangnya..

jreng jreng jreng
pemenangnya adalah:

Twitter : @Junanto8
Fb : Junanto Viseroi
Email : Junantoviseroi@yahoo.com

Menurut saya, tugas pustakawan itu adalah menghandle perpustakaan agar bagaimana perpustakaan itu banyak diminati oleh readers.

Caranya, 
Memberikan pelayanan yang terbaik yang ramah, menyenangkan, sopan dan berwawasan.
Harus bisa memanage Pubdekdok. Itu cara mengundang daya tarik dari para readers.
Yang terakhir adalah, kita harus bisa mengatur administrasi dengan baik tentunya dan pengorganisasian yang matang.
Terima kasih.



selamat untuk pemenang, silakan inbox fb nomer hpnya ya :)
yang lain jangan khawatir, kalau ada rejeki lagi, bakalan aku adain kuis lagi.

Senin, 24 Oktober 2016

'Pustakawan' sebuah Profesi yang Mulia

Hai-hai semua :)
Aku kembali lagi nge-blog, tapi belum bisa sepenuhnya ngatus jadwal nge-blog ya. Ini nulis blog kalau nemu inspirasi yang bisa dijadikan bahan diskusi, soalnya masih sibuk dengan jadwal di dunia nyata yang padat sekali. Dua minggu ini sebenarnya sibuk mau UAS (Ujian Akhir Semester), jadi sesempatnya aja buka blog, hihihi..

Nah untuk kali ini aku ingin sedikit mengetahui pendapat kalian tentang profesi 'Pustakawan'. Menurut kalian seorang Pustakawan kerjanya apa aja sih? Pasti banyak yang mengira kalau Pustakawan itu cuma bertugas menjaga perpustakaan dan melayani peminjaman aja, padahal lebih dari itu.

Coba kalian share, selain menjaga perpustakaan, apa saja yang dilakukan oleh seorang Pustakawan?

cara menjawabnya:
1. follow blog ini via email (lebih simple). boleh dilakukan, boleh tidak.
2. sertakan nama, nama facebook atau twitter atau email kalian (untuk memberitahu kalau kalian menang nanti), pada saat menjawab di kolom komentar.
3. jawaban yang menarik menurutku, akan mendapatkan pulsa 10ribu (doakan saja supaya bisa lebih)
4. jawaban ditunggu sampai tanggal 6 November 2016 pukul 15.00 WIB
5. pengumuman pemenang tanggal 7 November 2016.

yuk, kita seru-seruan bersama! anggap saja ini curhat berhadiah :)
jadi silakan curhat dan dapatkan hadiahnya :D

Selasa, 04 Oktober 2016

INFO BLOGTOUR NOVEL

       Setelah sekian lama, akhirnya aku muncul lagi :D tahun ini benar-benar sibuk, makanya aku sampai nggak sempat nge-blog. Sekarang aku mau memposting beberapa info blogtour novel, catet tanggalnya dan kunjungi blog-host masing-masing ya!












itu beberapa info blogtour dan giveaway yang aku punya.. silakan ikuti blogtournya :)
klo ada yg punya info blogtour selain ini, silakan share di kolom komentar ya, thanks...




Sabtu, 27 Februari 2016

cerpen~Ketulusan Ibu



Ketulusan Ibu

            Tak ada yang mau terlahir dengan tidak sempurna. Semua Ibu pasti menginginkan anaknya lahir dengan sempurna, namun tidak dengan Nara. Sejak lahir Nara hanya memiliki satu tangan, yang membuat Ibunya bersedih. Tangan yang dimiliki Nara hanya sebelah kanan, yang sebelah kiri sama sekali tidak ada. Ibunya selalu merawat Nara dengan sabar, mencoba untuk menerima sebuah kenyataan yang tidak mudah.
            Sampai sekarang disaat Nara sudah menginjak usia 17 tahun, Ibunya masih terus membantu Nara melakukan kegiatan yang sulit bagi Nara. Ayah Nara sudah meninggal beberapa tahun lalu, sekarang Ibunya yang bekerja untuk kelanjutan hidup mereka. Walaupun harus bekerja, Ibu tetap bisa merawat Nara dengan baik.
            Seperti malam ini, Ibu membantu Nara mengambil makan malamnya. Mereka makan malam dengan kesunyian. Setelah makan, Nara ingin membantu Ibu membereskan semua piring, namun Ibu tidak memperbolehkannya. Nara hanya bisa mengikuti Ibunya sampai dapur.
            “Ibu, terima kasih selama ini sudah mau merawat Nara. Maafkan Nara yang menyusahkan Ibu.” Nara memandang Ibunya dengan mata berkaca-kaca.
            “Jangan bilang seperti itu nak, kamu tidak pernah menyusahkan Ibu. Ibu beruntung punya anak seperti kamu yang tidak mudah menyerah.” Ibu mengusap kepala Nara, sambil tersenyum.
            “Tapi aku tidak seperti anak yang lain Bu, aku tidak sempurna.” Nara menundukkan kepalanya, air matanya jatuh.
            Ibu merasa tersayat mendengar ucapan Nara. Selama ini Ibu tidak pernah mengungkit tentang ketidak sempurnaan Nara. Ibu ikhlas melakukan apapun untuk Nara. “Tidak Nara, bagi Ibu Nara adalah anak yang sempurna. Karena Nara memiliki semua yang dimiliki orang lain. Walaupun hanya memiliki satu tangan, tapi Nara tetap memiliki tangan, bukan? Tetaplah menjadi Nara yang kuat, jangan pernah bersedih lagi. Ibu akan selalu ada bersamamu.” Ibu tersenyum, yang membuat Nara ikut tersenyum.
            “Terima kasih, Bu. Ibu memang yang terbaik.” Nara memeluk Ibu. Sejenak suasana menjadi hening. Mereka menikmati pelukan penuh kasih sayang tersebut.
             Ibu melepaskan pelukan itu. “Sudah ya Nara, jangan berpikiran seperti itu lagi. sekarang Nara ke kamar, belajar yang rajin agar Ibu tambah bangga sama kamu.”
            Dengan perasaan terharu, Nara pergi ke kamarnya. Di dalam kamar, ia memikirkan omongan Ibunya tadi. Apa yang dikatakan Ibunya, membuat Nara sadar akan sebuah ketulusan dari seorang Ibu. Ia tidak pernah menyangka akan terlahir tidak sempurna, namun di balik ketidaksempurnaan itulah yang membuatnya menyadari hal paling berharga. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi seorang Ibu untuk anak-anaknya.
            Nara akhirnya tertidur, ia terlaluh lelah untuk memikirkan balas budi terhadap semua yang sudah Ibunya lalukan untuknya.
--------------
            Pagi ini Nara pergi sekolah seperti biasa, diantar oleh Ibu. Meskipun Nara memiliki kekurangan, ia memiliki banyak teman yang selalu ada saat dia membutuhkan. Nara sangat beruntung memiliki orang-orang yang sayang dan peduli dengan dia, terutama Ibunya yang tak pernah lelah menjaga dan merawatnya sampai sebesar ini.
            Nara berjalan dari gerbang sekolah menuju kelasnya. Saat ia sampai di depan pintu kelas, terdengar suara seseorang menyapanya. “Selamat pagi, Nara.” Suara Dea, salah satu teman Nara.
            Melihat Nara yang di ambang pintu, teman-temannya menghampiri. “Selamat pagi, Dea.” Nara tersenyum melihat teman-temannya mendatanginya.
            “Kamu sudah kasih apa ke Ibumu?” sekarang Sevi yang bertanya.
            “Maksudnya?” Nara tidak mengerti ucapan Sevi.
            “Loh hari ini kan hari Ibu. Kamu lupa Nara?” Lisa menyahut.
            “Sekarang tanggal berapa? Aku benar-benar lupa. Aku belum mempersiapkan apapun. Bagaimana ini?” Nara terlihat sedih, ia sudah melupakan hal yang paling penting.
            “Kamu tenang aja, kita sudah punya ide. Iya, kan teman-teman?” Dea meengerling mata ke arah semua temannya.
            “Ide apa?” Nara masih terlihat sedih, suaranya terdengar sangat lirih.
            “Kamu nanti bikin video tentang rasa sayangmu ke Ibumu. Nanti kita semua akan bantu, iya, kan teman-teman?” Dea dengan semangatnya memberi masukan untuk Nara.
            “Iya, kita akan bantu.” Kompak suara kedua temannya.
            “Tapi, apa itu saja sudah cukup untuk aku berikan Ibuku?” Nara masih menimbang-nimbang ide dari Dea. Semua temannya memandang Nara penuh harap, Nara merasa tak enak hati. Ia akhirnya menyetujui ide itu. “Baiklah, aku akan buat video itu.” Tepat setelah mengucapkan itu, bel masuk berbunyi. Mereka membubarkan diri untuk mengikuti pelajaran.
---------------
            Se[ulang sekolah, Nara dijemput Ibunya. Nara tak masuk kamar, ia malah mengajak Ibunya ke ruang tamu. Ibunya yang bingung tetap mengikuti keinginan Nara. Di ruang tamu, Nara membuka ponselnya mencari-cari video yang telah dibuatnya tadi waktu jam istirahat.
            “Kamu cari apa, Nara?” Ibu menatap Nara dengan wajah bingung. Alisnya saling bertaut. “Kenapa mengajak Ibu ke sini? Kamu harus ganti baju dulu, ayo ke kamar saja.”
            Ibu hendak berdiri, namun suara Nara menghentikannya. “Disini saja, Bu. Ada yang mau Nara tunjukan untuk Ibu.” Nara menyerahkan ponselnya ke Ibu. “Ini, coba Ibu lihat. Aku harap Ibu menyukainya.”
            Ibu memperhatikan layar ponsel dengan teliti. Setiap kata-kata yang diucapkan Nara, membuat Ibu perlahan meneteskan air mata. Tangan kanan Ibu memegang ponsel, sedangkan tangan kiri sibuk menyeka air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Nara terus memperhatikan setiap ekspresi maupun gerak-gerik Ibunya. sekitar 5 menit video itu berputar, dan berhenti dengan sendirinya.
            Ibu tak kuasa lagi, Nara langsung dipeluknya. Kata yang diucapkan Nara dalam video itu sangat sederhana.
            Selamat Hari Ibu, terima kasih telah menjadi Ibu yang terbaik untuk Nara. Nara sangat menyayangi Ibu, Nara sangat bersyukur memiliki Ibu yang rela melakukan apapun untuk Nara. Nara sangat bahagia. Walaupun Nara bukan anak norma, ketulusan Ibu sudah membuat Nara bertahan sampai sekarang. Nara akan selalu mendoakan Ibu, akan selalu rajin belajar untuk membuat Ibu bangga dengan Nara. -I Love You, Mom-
            Kalimat sederhana itulah yang membuat Ibu terharu. Perlahan, Ibu melepaskan pelukannya. “Nara, kamu anak Ibu yang sangat Ibu sayangi. Terima kasih, nak.” Ibu tidak bisa mengucapkan apapun lagi.
            Nara mengerti, Ibunya selama ini tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Ibunya selalu tersenyum di depannya. Ibu memang tak pernah kenal lelah merawat anak-anaknya, seberapa buruknya anak, Ibu akan tetap selalu menyayanginya. Tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan keikhlasan seorang Ibu.
            “Nara yang harus berterima kasih, Bu. Nara hanya bisa memberikan ini, masih jauh untuk bisa membalas ketulusan Ibu. Selamat Hari Ibu.” Nara tersenyum, mencium kedua pipi Ibunya. Lalu menghapus air mata yang masih belum berhenti menetes.
            Keduanya pun akhirnya tersenyum bersama dalam suasana terharu.

cerpen~Late Truth



Late Truth
            Setiap sore, terlihat ada seorang gadis yang menghabiskan waktunya di pinggir danau yang berada di tengah-tengah sebuah taman. Taman yang memiliki berbagai macam tanaman, beberapa tempat bermain untuk anak-anak, dan ada beberapa hewan yang cantik. Taman yang hampir setiap sudut ada pohon besar, bisa untuk berteduh di bawahnya. Gadis itu selalu berada di bawah pohon yang menghadap langsung ke danau. Entah apa yang dilakukan, ia hanya terlihat duduk bersandar dan memandangi danau sendirian. Ia datang pukul 3 sore dan pulang pukul 5 sore saat taman itu tutup.
            Gadis itu bernama Gita. Sudah beberapa tahun terakhir dia menjadi pengunjung tetap taman berdanau tersebut. Menurutnya air danau yang tenang akan membuat pikirannya tenang. Untuk seorang gadis yang memiliki banyak masalah seperti Gita, lebih baik memang menghabiskan waktu untuk menenangkan pikiran. Dibandingkan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang merugikan.
            Beberapa tahun lalu Gita harus menelan rasa kecewa sekaligus benci, karena Ayahnya dengan mudahnya meninggalkan dia dan Ibunya. Alasannya sangat tidak masuk akal, hanya karena Ibunya sudah tidak bisa mengurus rumah dengan baik. Setiap hari Ayahnya mengeluh karena rumah yang selalu kurang bersih. Gita merasa itu hanya sebuah alasan yang dibuat-buat, buktinya setelah orang tuanya resmi bercerai, Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. Gita waktu itu masih berumur 15 tahun, masih belum cukup mengerti apa yang terjadi. Sekarang Gita sudah menginjak 20 tahun, sudah sangat mengerti yang terjadi dengan orang tuanya.
            Walaupun orang tuanya berpisah, Gita masih bisa bersekolah hingga SMA. Ibunya selalu berusaha bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibunya tidak pernah mengeluh dengan keadaan, selalu tersenyum dan tampak bahagia. Namun, Gita tahu kalau Ibunya sangat tersakiti. Semenjak itulah Gita sangat membenci keberadaan laki-laki, ia tidak mau memiliki nasib sama seperti Ibunya. Sampai sekarang Gita belum pernah dekat dengan laki-laki, atau lebih cenderung menghindari laki-laki.
            “Permisi!” Gita yang sedang duduk memandangi danau, dikejutkan sebuah suara laki-laki yang tiba-tiba ada di sampingnya.
Spontan Gita menoleh ke sumber suara. Gita mengernyitkan dahi, sama sekali merasa tidak mengenal laki-laki itu. “Siapa ya?” masih dengan wajah terkejut, suara Gita terdengar seperti takut.
“Tenang, aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin duduk di sebelahmu, boleh?”
Gita memandangi laki-laki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berkali-berkali terdengar helaan napas dari Gita, ia tampak gugup dan takut. Namun setelah beberapa menit terdiam, Gita akhirnya membuka suara. “Bo...boleh.” Gita mencoba tersenyum.
Perlahan laki-laki itu duduk di samping Gita. Baru kali ini ia di hampiri seorang laki-laki, biasanya tidak ada yang memperhatikannya sama sekali. Jangannya dilihat, dilirik saja tidak. Semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, tapi kenapa sekarang ada yang menghampirinya? Itulah yang sedang dipikirkan oleh Gita.
“Setiap hari aku lihat, kamu selalu duduk di bawah pohon ini dan hanya memandangi danau. Apa ini memang hobby bagimu?” Laki-laki itu bertanya dengan sedikit ragu.
Gita yang tak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu, hanya bisa membeku di tempat. Setelah tersadar, Gita mulai merubah ekspresi wajahnya. Walaupun tak memungkiri kalau ia masih terlihat terkejut. “Apa aku begitu mencolok disini? Sampai-sampai kamu memperhatikanku. Apa yang aku lakukan disini bukanlah sesuatu yang penting untukmu, bukan begitu?” ucapan Gita terdengar menyindir.
Laki-laki itu malah tersenyum. “Bukan begitu maksudku, aku hanya penasaran. Karena kebanyakan perempuan yang kesini pasti lebih memilih untuk berfoto, atau lebih memilih kesini bersama dengan orang spesial.”
“Kamu sendiri kenapa memilih untuk mengurusi urusan orang lain?” ucapan Gita masih bernada menyindir.
“Ah, aku bukan ingin mengurusi urusan orang lain. Aku hanya penasaran, memangnya tidak boleh?”
“Itu sama saja kamu mengurusi orang lain. Lebih baik kamu urus dirimu sendiri.” Gita bangkit berdiri, lalu berjalan meninggalkan laki-laki itu. Gita memilih untuk pulang, daripada harus meladeni orang tidak jelas seperti tadi.
Laki-laki yang menganggu Gita malah menyunggingkan senyum yang lebar. Perempuan yang membuatku tertarik, sudah didekati dan membuat penasaran. Aku sudah terlanjur jatuh cinta, jadi nanti pasti aku bisa mendapatkanmu. Ucap laki-laki itu dalam hati. Ia memutuskan untuk pulang juga.
********
Seperti biasa, Gita terlihat sudah ada di dekat danau. Ia berharap tidak bertemu laki-laki yang kemarin. Gita benar-benar membenci laki-laki, sedikit pun tak ada niat untuk bisa memiliki laki-laki spesial dalam hidupnya. Walaupun tak dipungkiri kalau dia memang membutuhkan seorang pendamping suatu saat nanti. Harapan Gita musnah, ketika laki-laki yang kemarin duduk di sampingnya. Dengan wajah yang ceria, laki-laki itu menyunggingkan sebuah senyum termanis yang dia miliki.
“Hai...” sapa laki-laki itu. “Aku tidak mengganggu kan?” masih dengan tersenyum, laki-laki itu memperhatikan ekspresi Gita.
Gita yang diperhatikan, segera memalingkan wajahnya. “Kamu sangat mengganggu dan sangat menyebalkan. Bisakah kamu pergi dari sini? Atau aku saja yang pergi? Baiklah, aku saja yang pergi.” Gita langsung bangkit dari duduknya.
Sebelum Gita melangkah, laki-laki itu menarik lengan Gita. Sehingga Gita berhenti tanpa menghadap laki-laki itu. “Boleh aku tau namamu? Aku Gio, aku hanya ingin berteman denganmu, memangnya tidak boleh?”
Gita sama sekali tidak bergerak dari posisinya, bibir Gita rasanya tidak kuat untuk berkata-kata. “Tidak.” Hanya itu yang mampu diucapkan Gita. “Bisa kamu lepaskan tanganku?” terdengar penekanan dalam kalimat Gita.
Gio perlahan melepaskan tangan Gita, lalu Gita segera berlari meninggalkan Gio. Untuk kedua kalinya Gio ditolak secara terang-terangan. Selama ini Gio yang selalu menghindari gadis, tapi saat dia sudah menemukan gadis yang menarik perhatiannya, dia harus menerima penolakan. Sepertinya Gio memang harus memperjuangkan gadia yang belum dia ketahui namanya itu. Dengan langkah gontai, Gio pergi dari tempat itu. Ia bertekad, besok harus bisa mendekati gadis pujaannya itu.
Sementara itu, Gita yang berlari sama sekali tidak menghentikan larinya. Ia terus berlari, berlari dan berlari tak tentu arah. Sampai akhirnya dia sampai di depan sebuah rumah. Rumah yang dulu pernah ia tinggali bersama orang tuanya. Rumah yang sekarang bukan lagi tempat tinggalnya, masih terlihat sangat terawat. Itu pasti karena Ayah dan istri barunya merawat rumah itu dengan baik.
Gita menghela napas, ia tidak tahu kenapa malah ke rumah itu bukan ke rumah yang sekarang ia tinggali bersama ibunya. Gita memandangi rumah itu, ingatannya langsung kembali pada kejadian beberapa tahun lalu saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Dulu ia sering sekali bermain di taman kecil di samping rumah. Disana Ayahnya membuatkannya ayunan dari kayu, ayunan yang membuatnya bahagia karena Ayahnya selalu menemaninya bermain. Dulu keluarganya sangat bahagia, ia dibesarkan dengan kasih sayang. Tapi tidak, setelah ia menginjak usia 15 tahun. Semuanya berubah seperti berada di dalam neraka penuh siksaan. Hampir setiap hari orang tuanya bertengkar, saling membentak dan saling tidak peduli dengan dirinya. Waktu itu yang Gita dengar pertengkaran orang tuanya karena Ibunya dianggap tidak bisa mengurus rumah dengan baik. Namun, jauh dari pemikiran Gita, orang tuanya bertengkar karena Ayahnya yang berselingkuh.
Gita memejamkan mata, berusaha melupakan semua kenangan itu. Ia mengatur napasnya agar tidak mengeluarkan air mata. Tapi usahanya gagal, air mata itu telah jatuh membasahi kedua pipi cantiknya. Saat menangis itulah, tiba-tiba muncul seorang perempuan paruh baya dari dalam rumah. Perempuan itu memperhatikan Gita, lalu berjalan menghampirinya. Gita yang masih menangis, segera menghapus air matanya begitu mengetahui kehadiran seseorang.
“Cari siapa ya, dik?” perempuan itu bertanya ke Gita. Gita menebak bahwa perempuan itu istri baru Ayahnya. Gita memang tidak pernah bertemu dengan istri Ayahnya, bahkan sama sekali ia tidak ingin bertemu. Tapi, sekarang keadaannya berbeda. Ia sendiri yang telah datang ke rumah itu dan mau tak mau memang harus bertemu perempuan perebut Ayahnya.
Setelah beberapa menit terdiam, Gita membuka suaranya. “Tidak cari siapapun. Aku hanya kebetulan lewat, permisi.” Gita ingin cepat meninggalkan rumah itu.
Namun, baru beberapa langkah perempuan itu memanggilnya. “Tunggu!” Gita menghentikan langkah, tidak berbalik. “Kamu Gita, bukan? Kamu cari Ayahmu? Sayang sekali Ayahmu sudah meninggal 1 tahun lalu. Aku adik dari Ayahmu.”
Deg! Gita terkejut, ia tidak bisa bergerak dari tempatnya. Badannya terasa kaku, sehingga sulit digerakkan.
*********
Disini lah Gita sekarang, di pemakaman Ayahnya. Bibinya sudah menceritakan semuanya. Selama ini Gita dan Ibunya hanya salah paham. Ayahnya bukan berselingkuh, tetapi Ayahnya sakit dan menyembunyikan itu darinya juga dari Ibunya. Ayahnya mengidap kanker otak stadium empat, penyakit yang sangat ganas. Setelah mengetahui penyakit itu, Ayahnya memilih untuk tidak memberitahu siapapun kecuali Bibinya. Ayahnya tidak ingin membuat orang yang dicintainya bersedih.
Sesudah perceraian itu Ayahnya sering di rawat di rumah sakit, mengikuti segala macam pengobatan. Namun, tidak membuahkan hasil. Ayahnya tetap tidak bisa tertolong, walaupun selama empat tahun berusaha melawan penyakitnya. Kini Gita hanya bisa menangis, ia telah salah membencinya Ayahnya. Harusnya ia tidak membenci Ayah yang telah rela berkorban untuk keluarganya. Penyesalan memang datang terlambat, bahkan Gita tidak bisa melihat Ayahnya untuk terakhir kali.
“Ayah, maafkan Gita. Kalau Gita tahu Ayah sakit, Gita tak akan pernah membenci Ayah. Selama ini Gita telah berbuat salah, Gita tak menyangka Ayah akan seperti ini.” Gita berkata di sela-sela isak tangisnya.
Masih dengan menangis, Gita bangkit dan perlahan melangkah pergi dari pemakaman itu. Ia sudah tidak sanggup berlama-lama disana. Gita ingin memberitahu Ibunya kebenaran yang baru saja ia ketahui. Dengan langkah yang sangat lambat, Gita berjalan menyusuri setiap jalan untuk sampai di rumahnya.
     Sesampainya di rumah, Ibunya khawatir melihat Gita yang seperti mayat hidup. Matanya bengkak kemerahan, berjalan dengan gontai, pandangannya kosong. Ibunya segera membawa Gita ke kamarnya. Belum sempat Ibunya meninggalkan kamar, Gita bersuara. “Ayah sudah meninggal.”
Ibunya terkejut dengan ucapan Gita, membuatnya kembali duduk di samping Gita yang berbaring. “Apa maksud kamu?” Ibu mengeryitkan dahi.
“Kita telah salah paham, Ayah tidak selingkuh. Tapi, Ayah sakit kanker otak stadium empat. Ayah tidak ingin kita mengetahuinya, itulah yang membuatnya mencari alasan agar bisa bercerai dengan Ibu. Satu tahun lalu Ayah meninggal karena penyakitnya itu.” Hanya dengan sau kali tarikan napas, Gita mengucapkannya dengan suara lirih.
“APA????” Ibu membulatkan matanya. “Tidak mungkin!!! Kamu bohong kan, Gita?” Ibu tidak bisa menahan air matanya yang mengalir deras.
Untuk beberapa saat hanya terdengar isak tangis Ibunya, Gita hanya diam. Ia sudah lelah menangis terus. “Aku lihat sendiri makamnya, Bu. Ayah melakukan ini karena Beliau tidak ingin membuat kita bersedih.” Hanya itu yang diucapkan Gita.
********
Keesokan paginya, Ibu pergi ke makam sendiri. Gita memilih untuk di rumah saja. Kemarin ia sudah berkunjung kesana, kini biarkan Ibunya yang berkunjung sendiri. Dari semalam Gita tidak keluar kamar, makan pun tidak. Ia merasa sangat menyesal telah membenci Ayahnya sendiri. Ia tidak tahu harus bagaimana sekarang. Gita bangkit dari tempat tidurnya, ia berjalan menuju pintu. Tujuannya sekarang tempat kesukaannya, danau. Hanya disana ia merasa tenang.
Danau masih terlihat sepi, hanya ada beberapa pengunjung. Benar saja, sekarang baru pukul 2 siang, masih belum waktunya banyak pengunjung. Dengan begitu, Gita akan merasa lebih tenang lagi. Gita bersandar pada pohon, kakinya ditekuk agar bisa memeluknya. Pandangannya tertuju ke danau yang sangat indah.
Tanpa diketahui Gita, ada seseorang yang memperhatikannya. Orang itu Gio. Perlahan Gio menghampiri Gita, ia ingin menghiburnya. Gita terlihat sangat buruk, rambut panjangnya tidak tersisir dengan rapi, hanya diikat kuncir kuda. Matanya bengkak. Gio tidak tega melihat Gita seperti itu.
“Maaf menganggu lagi.” Gio langsung duduk di samping Gita. Gita tidak memberikan respon apapun, ia hanya diam. “Kamu lagi ada masalah? Aku bersedia menjadi tempat keluh kesahmu. Keluarkanlah semua yang mengganjal di hatimu, aku tak akan mengejekmu. Aku akan menjadi pendengar yang baik.” Tanpa memandang Gita, Gio mengucapkan semua itu.
Gita langsung bereaksi, ia menoleh ke Gio. Tanpa berkata apapun, Gita menyandarkan kepalanya di pundak Gio. Gio yang terkejut langsung menoleh, tapi membiarkan Gita seperti itu. Perlahan Gita menangis, Gio tetap diam menunggu cerita dari Gita. “A–aku telah membenci Ayahku yang tak seharusnya aku benci.” Gita berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. “Ayahku sudah berkorban untukku dan Ibuku, tapi aku malah membencinya. Aku baru tahu kalau Ayahku meninggal karena sakit, padahal aku tahunya Ayahku selingkuh dan memutuskan untuk bercerai. Apa yang aku anggap benar, ternyata semuanya salah.” Tangis Gita semakin jadi. Entah kenapa Gita bisa bercerita selancar itu dengan orang yang belum ia kenal. Mungkin sekarang Gita memang membutuhkan seseorang untuk disampingnya. Gio kini melingkarkan tangannya untuk merengkuh tubuh Gita yang lemah.
Gio membiarkan Gita menangis dalam pelukannya, sampai Gita tenang baru Gio mulai bersuara. “Kenyataan dan kebenaran memang kadang sangatlah menyakitkan, tapi apa yang sudah terjadi tidak mungkin bisa diulang lagi. Sekarang yang harus kita lakukan adalah ikhlas menerima apapun kenyataan di hadapan kita. Jangan menyalahkan diri terus menerus, semua sudah ada yang mengaturnya. Lebih baik kamu mendoakan Ayahmu, daripada harus menangis.” Gio melepaskan pelukannya, lalu menghapus sisa air mata gita.
“Sudah jangan menangis lagi, tidak ada yang perlu disesali. Tersenyumlah!” Gio menarik kedua ujung bibir Gita, agar Gita mau tersenyum. Perlahan Gita menyunggingkan senyum, Gio pun ikut tersenyum.
********
Setelah pertemuan di danau itu, Gio sekarang bisa dekat dengan Gita. Hari-hari Gita yang dulu berkabut, kini sudah mulai cerah kembali. Gio mampu membuat Gita bangkit dari semua masalahnya. Bahkan sekarang mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih yang akan menikah. Cinta memang butuh sebuah kepercayaan dan pengorbanan. Itulah yang membuat Gita mau menerima Gio, hanya Gio yang dia percaya untuk membuat hidupnya menjadi lebih bahagia.
End